MAKALAH FISIKA DASAR
TUMBUKAN, IMPULS, DAN MOMENTUM
1.1 Latar Belakang Masalah
Nilai - nilai selalu berada
di setiap kegiatan kita, tanpa kita sadari kegiatan kita sehari-hari juga
memanfaatkan system kerja rumus fisika. Pada kesempatan ini akan kami bahas mengenai
kegunaan teori momentum. Sebelum kita membahas apa kegunaan momentum terlebih
dahulu kita mempelajari apa yang di maksud dengan momentum.
Ketika terjadi suatu kecelakaan
di jalan tabrakan antara ke dua buah kendaraan yang berbeda kecepatan, dimana
kendaraan yang benrkepatan tinggi mengalami kerusakan yang lebih parah di
bandingkan dengan kendaraan yang berkecepatan rendah. Hal ini bisa terjadi, karena semakin besar massa dan
kecepatan yag dimiliki benda bergerak maka semakin sulit untuk dihentikan dan
makin besar akibatnya.
Kalau kita tinjau dari ilmu
fisika, fatal atau tidaknya tabrakan antara kedua kendaraan ditentukan oleh
momentum kendaraan tersebut. Dalam ilmu fisika terdapat dua jenis momentum
yaitu momentum sudut dan momentum linier. Momentum linier biasanya disebut
momentum. Maka momentum adalah hasil kali massa dan kecepatan.
1.2 Rumusan Masalah
a)
Apakah
yang dimaksud dengan momentum?
b)
Bagaimana
hubungan momentum dan impuls?
c)
Bagaimana
mamfaat hukum momentum dalam kehidupan sehari-hari?
d)
Bagaimana
menganalis peristiwa tumbukan sesuai hukum kekekalan momentum?
e)
Bagaimana
mengaplikasi hukum momentum dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan Penulisan
a)
Untuk mengetahui dan memahami apa
yang dimaksud dengan momentum.
b)
Dapat memaparkan hubungan momentum
dan impuls
c)
Dapat memanfaatkan hukum momentum
dalam kehidupan sehari-hari.
d)
Dapat menganalisis peristiwa
tumbukan sesuai hukum kekekalan momentum
e)
Dapat mengaplikasikan hukum
momentum dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PUSAT MASSA (PM)
Dalam gerak translasi, tiap
titik pada benda mengalami pergeseran yang sama dengan titik lainnya sepanjang
waktu, sehingga gerak dari salah satu partikel dapat menggambarkan gerak
seluruh benda. Tetapi, walaupun di dalam geraknya, benda juga berotasi atau bervibrasi,
akan ada satu titik pada benda yang bergerak serupa dengan gerak partikel,
titik tersebut disebut pusat massa.
Ini merupakan salah satu
contoh gerak umum. Gerak umum adalah suatu jenis gerak dimana benda tidak
melakukan gerak translisi murni. Dengan kata lain tidak semua bagian benda
bergerak dengan lintasan yang sama
Perhatikan
pergerakan tongkat diatas. Tongkat melakukan gerak rotasi sepanjang arah
horizontal (ke kanan). Ketika berotasi, posisi tongkat selalu berubah-ubah.
Walaupun demikian, terdapat satu bagin tongkat yang bergerak sepanjang lintasan
lurus yang diberi garis putus-putus, bagian pada tongkat ditandai dengan titik
hitam. Bagian tongkat yang diberi tanda titik hitam itu adalah pusat massa
tongkat.
Dapat disimpulkan, pusat massa dan titik berat suatu benda memiliki pengertian yang sama, yaitu
suatu titik tempat berpusatnya massa/berat dari benda tersebut. Perbedaannya
adalah letak pusat massa suatu benda tidak dipengaruhi oleh medan gravitasi,
sehingga letaknya tidak selalu berhimpit dengan letak titik beratnya.
Pusat
Massa (PM) adalah titik di mana gaya neto dianggap bekerja pada benda
tersebut,untuk tujuan menentukan gerak translasi benda secara keseluruhan.
Komponen x dari pusat massa untuk sebuah
system yang terdiri dari benda-benda bermassa
mA, Mb, …, dirumuskan sebagai berikut:
XPM= mAxA+mBxB+….
mA+mB
+….
Pusat massa
system bermassa total M bergerak dalam lintasan yang sama yang akan ditempuh
partikel M jika mendapat gaya eksternal
yang sama. Dalam bentuk persamaan,hal ini merupakan hukum kedua Newton untuk
system partikel :
M aPM =
F neto
Di
mana M adalah massa total system, aCM
adalah gaya eksternal neto yang bekerja pada seluruh bagian
system.
2.2 GERAK
PUSAT MASSA
Terdapat
sekumpulan partikel dengan massa masing-masing : m1, m2 ,
... , mn dengan massa total
M. Dari teori pusat massa diperoleh :
M rpm
= m1r1 + m2r2 + ... + mn rn
dengan rpm adalah pusat massa susunan
partikel tersebut.
Bila persamaan tersebut dideferensialkan terhadap waktu t, diperoleh
M drpm
/dt= m1 dr1/dt + m2
dr2/dt + ... + mn
drn/dt
M vpm
= m1v1 + m2v2 + ... + mn vn
Bila
dideferensialkan sekali lagi, diperoleh
M dvpm
/dt= m1 dv1/dt + m2
dv2/dt + ... + mn
dvn/dt
M apm
= m1 a1 + m2 a2 + ... + mn an
Menurut
hukum Newton, F = m a, maka F1 = m1 a1, F2= m2 a2 dst.
2.3 MOMENTUM LINEAR
Di
dalam fisika, dikenal dua macam momentum, yaitu momentum linear (p) dan momentum sudut (L).Kadang-kadang momentum linear disingkat momentum.
Jangan bingung Ketika membaca buku
pelajaran fisika yang hanya menulis “momentum”. Yang dimaksudkan buku itu
adalah momentum linear.Seperti pada gerak lurus, kita seringkali hanya menyebut
kecepatan linear dengan “kecepatan”.Tetapi yang kita maksudkan sebenarnya
adalah “kecepatan linear”.Momentum linear merupakan momentum yang dimiliki
benda-benda yang bergerak pada lintasan lurus, sedangkan momentum sudut
dimiliki benda-benda yang bergerak pada lintasan melingkar.
Momentum suatu benda yang
bergerak adalah hasil perkalian antara massa benda dan kecepatannya. Oleh
karena itu, setiap benda yang bergerak memiliki momentum. Secara matematis,
momentum linear ditulis sebagai berikut:
p = m v
padalah
momentum (besaran vektor), m massa (besaran skalar) dan vkecepatan (besaran vektor). Bila
dilihat persamaan (1), arah
dari momentum selalu searah dengan arah kecepatannya.
Menurut Sistem Internasional (SI),
Satuan momentum p =
satuan massa x satuan kecepatan
= kg x m/s
= kg .m/s
Jadi, satuan momentum
dalam SI adalah : kg.m/s
Momentum adalah besaran vektor,
oleh karena itu jika ada beberapa vektor momentum dijumlahkan, harus
dijumlahkan secara vektor. Misalkan ada dua buah vektor momentum p1 dan p2 membentuk sudut α, maka jumlah momentum kedua vektor
harus dijumlahkan secara vektor,
Momentum dan Impuls dalam
pemebahasan fisika adalah sebagai satu kesatuankarena Momentum dan Impuls dua
besaran yang setara. Dua besaran dikatakan setara seperti Momentum dan Impuls
bila memiliki satuan Sistem Internasional (SI) sama atau juga dimensi sama
seperti yang sudah dibahas dalam besaran dan satuan.Momentum
merupakan sebagai ukuran kesungkaran sesuatu benda di gerakan maupun di
berhentikan.momentum sering disebut sebagai jumlah gerak. Momentum suatu benda
yang bergerak didefinisikan sebagai hasil perkalian antara massa dengan kecepatanbenda.
Secara matematis dirumuskan:
P
= m .v
Keterangan
●
p : momentum (kg m/s)
● m : massa benda (kg)
● v : kecepatan benda (m/s)
Jika kita
perhatikan persamaan di atas maka kita dapat menentukan jenis besaran
momentum.Massa m merupakan besaran
skalar dan kecepatan v adalah
besaran vektor, berarti momentum merupakan besaran
vektor.Dimana arah p searah
dengan arah vektor kecepata Jadi momentum
adalah besaran yang dimiliki oleh sebuah benda atau partikel yang bergerak.
2.4 IMPULS
Impuls adalah peristiwa gaya yang
bekerja pada benda dalam waktu hanya sesaat. Atau Impuls adalah peristiwa
bekerjanya gaya dalam waktu yang sangat singkat. Contoh dar kejadian impuls
adalah: peristiwa seperti bola ditendang, bola tenis dipukul karena pada saat
tendangan dan pukkulan, gaya yang bekerja sangat singkat.
Impuls
didefinisikan sebagai hasil kali gaya dengan waktu yang dibutuhkan gaya
tersebut bekerja. Dari definisi ini dapat dirumuskan seperti berikut :
I = F . ∆t
Keterangan: I = impuls (Ns)
F = gaya (N)
∆t = waktu (s)
Impuls merupakan besaran
vektor.Pengertian impuls biasanya dipakai dalam peristiwa besar di mana F
>> dan t <<. Jika gaya F tidak tetap (F fungsi dari waktu), maka
rumus I=F.t tidak berlaku. Impuls dapat dihitung juga dengan cara menghitung
luas kurva dari grafik F vs waktu
2.5 IMPULS SAMA DENGAN PERUBAHAN
MOMENTUM
Suatu
partikel
yang bermassa m bekerja gaya F yang konstan, maka setelah waktu ∆t partikel
tersebut bergerak dengan kecepatan Vt = Vo + a ∆t seperti halnya materi GLBB
(gerak lurus berubah beraturan).Sebuah benda bermassa m mula-mula bergerak dengan kecepatan v1 dan
kemudian pada benda bekerja gaya sebesar Fsearah kecepatan awal selama Δt, dan kecepatan benda menjadi v2.
Untuk menjabarkan hubungan antara
Impuls dengan perubahan momentum, akan kita ambil arah gerak mula-mula sebagai
arah positif dengan menggunakan Hukum Newton II.
F = m a
= m (v2 – v1) Δt
FΔt = mv2 – mv1
Ruas kiri merupakan impuls gaya
dan ruas kanan menunjukkan perubahan momentum. Impuls gaya pada suatu benda
sama dengan perubahan momentum benda tersebut. Secara matematis dituliskan
sebagai:
FΔt = m v2 - m v1
I = p2 - p1
I =
Δp
2.6 HUKUM
KEKEKALAN MOMENTUM LINEAR
Hukum kekakalan momentum menyatakan
bahwa “jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka momentum
total sesaat sebelum sama dengan momentum total sesudah tumbukan”. ketika
menggunakan persamaan ini, kita harus memerhatikan arah kecepatan tiap benda.
Contoh aplikasi
dari hukum kekekalan momentum adalah
roket dan pistol. Pada Gambar 5.3 tampak sebuah pistol yang digantung pada
seutas tali. Saat peluru ditembakkan ke kanan dengan alat jarak jauh seperti
remote, senapan akan tertolak ke kiri. Percepatan yang diterima oleh pistol ini
berasal dari gaya reaksi peluru pada pistol (hukum III Newton).
Contoh
aplikasi yang lain adalah pada sistem roket. Percepatan roket diperoleh dengan
cara yang mirip dengan bagaimana senapan memperoleh percepatan. Percepatan
roket berasal dari tolakan gas yang disemburkan roket. Tiap molekul gas dapat
dianggap sebagai peluru kecil yang ditembakkan roket. Jika gaya gravitasi
diabaikan, maka peristiwa peluncuran roket memenuhi hukum kekekalan momentum.
Mula-mula
sistem roket diam, sehingga momentumnya nol. Sesudah gas menyembur keluar dari
ekor roket, momentum sistem tetap. Artinya momentum sebelum dan sesudah gas
keluar sama. Berdasarkan hukum kekekalan momentum, besarnya kelajuan roket
tergantung banyaknya bahan bakar yang digunakan dan besar kelajuan semburan
gas. Hal inilah yang menyebabkan wahana roket dibuat bertahap banyak.
2.7 TUMBUKAN DAN JENIS TUMBUKAN
Tumbuhan
atau lentingan bisa dikatakan juga sebagai pantulan, karna terjadi pada dua
buah benda yang saling berpadu dan memantul akibat dari paduan tersebut. Pada
pembahasan kali ini kita akan mempelajari tumbukan yang paling sederhana, yaitu
Tumbukan Sentral. Tumbukan sentral adalah tumbukan yang terjadi bila titik
pusat benda yang satu menuju ke titik pusat benda yang lain.
Peristiwa tumbukan antara dua buah benda dapat keduanya bergerak
saling menjahui. Ketika benda tersebut mempuyai kecepatan dan massa, maka benda
itu pasti memilki momentum (p = m .v) dan juga Energi kinetik (EK = ½ m . v2).
Tumbukan dibedakan menjadi beberapa jenis:
1. Tumbukan
lenting sempurna
2. Tumbukan
lenting sebagian
3. Tumbukan
tidak lenting sama sekali
Perbedaan tumbukan-tumbukan tersebut dapat diketahui bedasarkan
nilai koefisien tumbukan (koefisien restitusi) dari dua benda yang bertumbukan.
Nilai
koefisien restitusi mulai dari 0 hingga 1. Dengan ketentuan:
·
Lenting Sempurna e = 1
·
Lenting Sebagian 0 < e < 1
·
Tidak Lenting Sama Sekali e = 0
1. Tumbukan lenting sempurna
Dua buah benda dikatakan lenting sempurna, apabila dalam
tumbukan tersebut tidak kehilangan energi kinetik. Jadi, energi kinetik sesudah
dan sebelum tumbukan adalah tetap. Pada tumbukan lenting
sempurna berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum
kekekalan energi kinetik. Berlakunya
hukum kekekalan energi kinetik karena total massa dan kecepatan kedua
benda sama, baik sesudah maupun sebelum tumbukan. Dengan persamaan sebagai
berikut:
a. Kekekalan Momentum
b. Kekekalan energi kinetik
Ek1 + Ek2 = Ek’1 + Ek’2
1/2 m1 v12 + 1//2 m2 v22 = 1/2 m1 (v’1)2 + 1/2 m2 (v’2)2
c. Dengan demikian, pada tumbukan lenting sempurna
koefisien restitusi (e)= 1
Nilai
koefisien elastisitas / koefisien restitusi (e) pada tumbukan lenting sempurna
berlaku:
Ketika kita menjatuhkan sebuah bola karet dari ketinggian tertentu
di atas lantai, maka bola akan memantul. Setelah mencapai titik tertinggi, bola
aka jatuh lagi dan memantul lagi setelah mengenai lantai. Begitu seterusnya
hingga bola akhirnya berhenti. Hal yang perlu kita perhatikan adalah ketinggian
maksimal yang dicapai pada setiap tahap pemantulan selalu berbeda. Pada
pemantulan pertama, bola mencapai titik tertinggi yang lebih rendah dari
pantulan pertama begitu seterusnya.
Kenyataan ini memberikan arti bahwa kecepatan bola sebelum menumbuk
lantai lebih besar dari kecepatan bola setelah tumbukan. Sehingga koefisien
restitusi pada kejadian ini berkisar antara nol sampai satu (0< e < 1).
Tumbukan seperti ini disebut tumbukan lenting sebagian atau tumbukan elastis
sebagian.
Pada peristiwa pemantulan bola pada lantai, energi kinetik yang
dimiliki bola tidak tetap. Ini dapat dilihat dari kecepatan bola yang berubah
sebelum dan sesudah tumbukan. Jadi, hukum kekekalan energi kinetik pada
tumbukan lenting tidak berlaku. Akan tetapi, hukum kekekalan energi mekanik
tetap berlaku. Hal ini disebabkan karena sebagian energi kinetik yang hilang
telah diubah menjadi bentuk lainya, seperti energi potensial, energi panas,
atau energi yang merusak lantai.
Pada kasus bola yang dijatuhkan dari ketinggian h, sehingga
dipantulkan dengan ketinggian h‟, maka memiliki nilai
koefisien elastisitas sebesar:
keterangan: h’= tinggi pantulan benda
h = tinggi benda semula / tinggi pantulan
sebelumnya
3. Tumbukan
tidak lenting sam sekali
Tumbukan tidak elastis sama sekali terjadi
apabila dua benda setelah tumbukan menjadi satu dan bergerak bersama-sama.
Contoh sederhana dari tumbukan tidak elsatis sama sekali adalah tumbukan dua
bola yang akhirnya bergabung menjadi satu yang akhirnya bergerak bersama dengan
kecepatan yang sama pula. Kejadian ini dapat dijelaskan dengan hukum kekekalan
momentum.
Dari
persamaan di ata, kecepatan bola dapat dicari dengan mudah jika kecepatan bola
keduanya semula diketahui, karena kecepatan bola keduanya setelah tumbukan
sama, maka koefisien restitusi untuk tumbukan tidak lenting sama sekali adalah
nol(0).
Pada tumbukan tidak lenting sama sekali tidak
berlaku hukum kekekalan enrgi kinetik. Pada tumbukan ini terjadi pengurangan
enrgi kinetik sehingga energi kinetik total benda-benda setelah terjadi
tumbukan akan lebih kecil dari energi kinetik total benda sebelum. Dengan
demikian:
2.8 CONTOH SOAL
Contoh soal pada youtube bisa diakses berikut ini:
Contoh soal momentum
Ada
sebuah benda yaitu benda A bermassa 2 kg, bergerak kekanan dengan kelajuan 10
m/s. Benda B yang bermassa 7 kg bergerak kekiri dengan kelajuan 4 m/s.
Tentukan:
·
Momentum benda A
·
Momentum benda B
·
Momentum total benda A dan
B
Penyelesaian :
Diketahui: Benda A → m = 2 kg
V = 10 m/s
Benda B → m = 7 kg
V = 4 m/s
Momentum
benda A : P = m .
v
= 2 . 10
= 20 Ns
Momentum
benda B : P = m . v
= 7.4
= 28 Ns
Momentum total benda A dan B : 20Ns + 28Ns = 48
2. Nama : Loranza Afrianti
Contoh
soal impuls
Sebuah benda diam yang memiliki
massa 500 g, setelah mendapat gaya, kecepatannya 25 m/s.Berapa besar impuls
tersebut?
Jawab:
Diketahui: m = 500 g → 0,5 kg
V2 = 25 m/s
V1 = 0 m/s
Ditanya: I
= …… ?
I = m
(V2-V1)
=0,5(25-0)
=12,5 Ns
Contoh Soal Pusat Massa
Sebuah tongkat homogen tipis dengan panjang L
berdiri seimbang vertikal diatas lantai yang licin. Pada tongkat tersebut
diberi gaya yang amat kecil disembarang titik sepanjang tongkat buakan pada
arah vertikal sehingga tongkat tersebut terjatuh. Berapakah perpindahan
horizontal titik pusat massanya?
Penyelesaian
Ditanya perpindahan horizontal titik pusat
massanya. Karena lantai licin dan gaya yang mengenai tongkat dianggap amat
kecil, maka gaya yang bekerja pada tongkat tersebut hanyalah gaya berat tongkat
mg pada titik pusat massa P dan gaya normal lantai pada tongkat, yaitu N,
Misalkan tongkat di beri gaya pada titik A diatas pusat massa, karena tidak ada
gaya arah horizontal maka gaya berat dari pusat massa akan berarah lurus ke
titik O tanpa bergeser, sehingga dapat disimpulkan bahwa pergeseran pusat massa
adalah 0.
Contoh soal tumbukan
Bola A dan bola B bergerak di atas bidang datar segaris kerja.
Bola A dengan massa 2 kg bergerak ke kanan dengan kecepatan 4 m/s dan bola B
dengan massa 1 kg bergerak ke kiri dengan kecepatan 6 m/s. Kedua bola
bertumbukan sentral. Hitunglah kecepatan masing-masing bola setelah tumbukan
jika tumbukan kedua bola:
a. tidak lenting sama sekali
b. lenting sebagian dengan e = 0,8
c. lenting sempurna
a. tidak lenting sama sekali
b. lenting sebagian dengan e = 0,8
c. lenting sempurna
Contoh
soal pusat massa
Dua
silinder homogen disusun seporos dengan panjang dan massanya
masing-masing: l1 = 5 cm ; m1 = 6 kg
; l2 = 10 cm ; m2 = 4 kg.
Tentukan letak titik berat sistem silinder tersebut !
Jawab:
Kita ambil ujung kiri sebagai acuan, maka:
x1 = 0.5 . l1 = 2.5 cm
x2 = l2 + 0.5 . l1 = 5 + 5 = 10 cm
X = (å mi . xi)/(mi)
X = (m1.x1) + (m1.x1)/(m1 + m2)
X = (6 . 2.5 + 4 . 10)/(6 + 4)
X = (15 + 40)/(10) = 5.5 cm
Jadi titik beratnya terletak 5.5 cm di kanan ujung m1
Tentukan letak titik berat sistem silinder tersebut !
Jawab:
Kita ambil ujung kiri sebagai acuan, maka:
x1 = 0.5 . l1 = 2.5 cm
x2 = l2 + 0.5 . l1 = 5 + 5 = 10 cm
X = (å mi . xi)/(mi)
X = (m1.x1) + (m1.x1)/(m1 + m2)
X = (6 . 2.5 + 4 . 10)/(6 + 4)
X = (15 + 40)/(10) = 5.5 cm
Jadi titik beratnya terletak 5.5 cm di kanan ujung m1
Contoh
soal momentumDan impuls
Sebuah bola dengan massa
0,1 kg dijatuhkan dari ketinggian 1,8 meter dan mengenai lantai. Kemudian
dipantulkan kembali sampai ketinggian 1,2 m. Jika g = 10 m/s2. Tentukan :
A. impuls karena berat
bola ketika jatuh.
B. koefisien
restitusinya.
Jawab :
Besaran yang diketahui diketahui :
m = 0,1 kg
h = 1,8 m
h’ = 1,2 m
g = 10 m/s2
Selama bola jatuh ke tanah terjadi perubahan energi potensial
menjadi energi kinetik, sehingga
Ep = Ek
mgh = ½ mv2
v = √2gh
Impuls bola karena berat ketika jatuh adalah...
I = F ∆t
= m∆v
= m√2gh
= (0,1) √2(10) (1,8)
= (0,1) (6)
= 0,6 Ns
Koefisien restitusi:
m = 0,1 kg
h = 1,8 m
h’ = 1,2 m
g = 10 m/s2
e = √h’ : h
= √1,2 : 1,8
= √2 : 3
= 0,8
Contoh
soal momentum
Dua
bola masing- masing 2 kg. Bola pertama bergerak ke timur dengan kecepatan
4 m/s dan bola kedua bergerak keutara dengan kecepatan 3
m/s. Tentukan momentum total kedua benda tersebut.
Jawab
:
Besaran
yang diketahui :
mA
= 2 kg
mB
= 2 kg
vA
= 4 m/s
vB
= 3 m/s
pA
= m.v = 2 kg . 4 m/s
= 8 kg m/s
pB
= m.v = 2 kg . 3 m/s
= 6 kg m/s
mtotal=
pA + pB
= 8 kg m/s + 6 kg m/s
= 14 kg
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Momentum adalah sebuah nilai dari
perkalian materi yang bermassa / memiliki bobot dengan pergerakan / kecepatan.
Dalam fisika momentum dilambangkan huruf ‘p’, secara matematis momentum dapat
dirumuskan :
P= m.v
P = momentum, m = massa, v =
kecepatan
Momentum akan berubah seiring
dengan perubahan massa dan kecepatan. Semakin cepat pergerakan suatu
materi/benda akan semakin cepat juga momentumnya. Semakin besar momentum, maka
semakin dahsyat kekuatan yang dimiliki suatu benda. Jika materi dalam keadaan diam,
maka momentumnya sama dengan nol. (filosofi : jika manusia tidak mau bergerak /
malas, maka hasil kerjanya sama dengan nol).
Peristiwa – peristiwa yang
terjadi sehari – hari erat kaitannya dengan momentum. salah satunya adalah
tumbukan / tabrakan.
3.2. Saran
Dengan mengetahui dan mempelajari
momentum, kita diharapkan dapat menganalisis apapun yang terjadi dalam
kehidupan sehari – hari secara rasional. Momentum pula sangat banyak fungsinya
dalam penggunaan berbagai alat yang berdaya guna dan bernilai dalam kehidupan.
Jadi amatlah penting untuk mempelajari materi ini agar kita mengetahui asal
muasal dari benda – benda yang kita pakai seperti yang disebutkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Giacoli, Dougles
C. 2001. Fisika JIlid 1. Jakarta : Erlangga.
Tippler, P.A.
1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
Hallyday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Young, Haug D.
dan Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga.
GHDSU
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta :
Penerbit Erlangga
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I
(terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas
(terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
Halliday dan Resnick, 1991, FisiDNAKNDIka Jilid I, Terjemahan,
Jakarta : Penerbit Erlangga
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I
(terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas
(terjemaholi, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit
ErlanggaGiancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terj
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta :
Penerbit Erlangga
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-