Berbagai Materi Pembelajaran

KIMIA DASAR I (Reaksi kimia dan konsep molekul,reaksi kimia dan persamaan reaksi, perhitungan,perhitungan reaksi pembatas,Hasil teoritis dan hasil persentase ,Reaksi dalam larutan,Pembuatan larutan dengan mengencerkan dan stoikiometri reaksi dalam larutan)



REVIEW KIMIA DASAR
PERTEMUAN KEEMPAT




NAMA: LORANZA AFRIANTI
NIM: A1C217039
KELAS: R-003

DOSEN PENGAMPU: Dr.Yusnelti,M.Si.




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Reaksi kimia adalah suatu proses reaksi antar senyawa kimia yang mengakibatkan perubahan struktur dan molekul. Dalam suatu reaksi terjadi proses ikatan dimana senyawa pereaksi bereaksi menghasikan senyawa baru (produk).Masalah Seperti yang kita ketahui bahwa air adalah salah satu senyawa paling sederhana dan paling dijumpai serta paling penting. Bangsa Yunani kuno menganggap air adalah salath satu dari empat unsur penysun segala sesuatu (disamping, tanah, udara, dan api). Bagian terkecil daria air adalah molekul air. Molekul adalah partikel yang sangat kecil, sehingga jumlah molekul dalam segelas air melebihi jumlah halaman buku yang ada di bumi ini. Stoikiometri behubungan dengan hubungan kuantitatif antar unsure dalam satu senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi. Istilah itu berasal dari Yanani, yaitu dari kata stoicheion, yang berarti unsure dan mentron yang artinya mengukur. Dasar dari semua hitungan stoikiometri adalah pengetahuan tentang massa atom dan massa molekul. Oleh karena itu, stoikiometri akan dimulai dengan membahasa upaya para ahli dalam penentuan massa atom dan massa molekul.

1.2 Tujuan
1. Dapat Mempelajari jenis reaksi kimia secara sistematis
2. Dapat Menyelesaikan reaksi redoks dari setiap percobaan
3. Dapat megetahui bagaimana cara menghitung persamaan reaksi
4. Dapat mempelajari mengenai hasil teoritis dan Hasil Presentasi
5. Dapat mengetahui cara pembuatan larutan dengan cara mengencerkan
6. Dapat mempelajari Stoikiometri reaksi dalam larutan.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Reaksi Kimia dan Konsep Molekul
Anda mungkin berpikir bahwa reaksi kimia hanya terjadi di laboratorium sains, tapi sebenarnya reaksi kimia terjadi sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali Anda makan, tubuh Anda menggunakan reaksi kimia untuk memecah makanan Anda menjadi energi. Contoh lain termasuk logam berkarat, kayu terbakar, baterai menghasilkan listrik, dan fotosintesis pada tumbuhan.
Reaktan dan pereaksi adalah zat yang digunakan untuk melakukan proses reaksi kimia. Sebuah reaktan adalah zat yang dikonsumsi atau digunakan selama reaksi.Substansi yang dihasilkan oleh reaksi kimia disebut produk.
2.1.1 Jenis-jenis Reaksi
Ada banyak jenis reaksi kimia. Berikut adalah beberapa contoh:
  • Reaksi Sintesis – Reaksi sintesis adalah salah satu reaksi di mana dua zat bergabung untuk membuat zat baru. Hal ini dapat ditunjukkan dalam persamaan A + B → AB.
  • Reaksi Dekomposisi – Reaksi dekomposisi adalah di mana zat yang kompleks rusak untuk membentuk dua zat terpisah. Hal ini dapat ditunjukkan dalam persamaan AB → A + B. 
  • Reaksi Pembakaran – Reaksi pembakaran terjadi ketika oksigen bergabung dengan senyawa lain untuk membentuk air dan karbon dioksida. Reaksi pembakaran menghasilkan energi dalam bentuk panas.
  • Reaksi Perpindahan tunggal – Reaksi perpindahan tunggal juga disebut reaksi pengganti. Yang berarti itu sebagai reaksi di mana satu senyawa mengambil substansi dari senyawa lain. Persamaan adalah A + BC → AC + B.
  • Reaksi Perpindahan ganda – Reaksi perpindahan ganda juga disebut reaksi metatesis. Anda dapat menganggapnya sebagai dua senyawa mengalami pertukaran. Persamaan adalah AB + CD → AD + CB.
  • Reaksi fotokimia – Reaksi fotokimia adalah salah satu reaksi yang melibatkan foton dari cahaya. Fotosintesis adalah contoh dari jenis reaksi kimia.
Lambang-lambang yang digunakan dalam persamaan reaksi, antara lain:
→ menghasilkan
+ ditambah
(s) solid (padatan)
(g) gas
(l ) liquid (cairan)
( aq) aquous (terlarut dalam air)
·         Reaksi Penggabungan
Dalam reaksi penggabungan dua atau lebih zat tergabung membentuk zat lain. Rumus umum reaksi penggabungan sebagai berikut :
A + B → AB
Contoh:
Reaksi antara hidrogen dengan oksigen membentuk air merupakan reaksi penggabungan.
2H2(g) + O2(g) → 2H2O( )
·         Reaksi Penguraian
Reaksi penguraian merupakan reaksi kebalikan daripada reaksi penggabungan. Dalam reaksi ini satu zat terpecah atau terurai menjadi dua atau lebih zat yang lebih sederhana. Sebagian besar reaksi ini membutuhkan energi berupa kalor, cahaya, dan listrik. Rumus umum
reaksi penguraian sebagai berikut :
AB → A + B
Contoh:
Reaksi penguraian air oleh listrik menghasilkan hidrogen dan oksigen. listrik
2H2O( ) → 2H2(g) + O2(g)
·         Reaksi Penggantian
Reaksi penggantian tunggal terjadi, bila satu unsur menggantikan unsur lain dalam satu senyawa. Untuk menyelesaikan persamaan reaksi penggantian terdapat dua persamaan, yaitu :
a. Pada persoalan, A menggantikan B sebagai berikut:
A + BC → B + AC
b. Pada persoalan, D menggantikan C sebagai berikut:
D + BC → C + BD
Contoh:
Sebuah kawat tembaga dimasukkan ke dalam larutan perak nitrat. Tembaga lebih aktif daripada perak, maka tembaga menggantikan perak membentuk larutan tembaga (II) nitrat berwarna biru. Reaksi antara tembaga dengan perak nitrat, sebagai berikut :
Cu(s) + 2AgNO3(aq) → 2Ag(s) + Cu(NO3)2(aq)
2.1.2 Ciri Reaksi Kimia
Reaksi kimia yang terjadi mengakibatkan beberapa perubahan, antara lain:
1. Terbentuknya Endapan
2. Menghasilkan Gas
3. Perubahan Suhu
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Reaksi
Ø  Ukuran Partikel
Tumbukan antar zat pereaksi dapat mengakibatkan reaksi kimia pada suatu zat. Semakin banyak terjadi tumbukan, semakin cepat reaksi berlangsung. Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan reaksi suatu zat.
Ø  Suhu
Semakin tinggi suhu reaksi, semakin cepat reaksi berlangsung. Jika suhu dinaikkan akan menyebabkan gerakan partikel-partikel pereaksi semakin cepat. Semakin cepat pergerakan partikel menyebabkan tumbukan antar zat pereaksi bertambah banyak, sehingga reaksi yang terjadi menjadi cepat.

2.2 Reaksi Kimia dan Persamaan Reaksi Kimia.
Reaksi kimia adalah suatu proses perubahan satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih zat yang berbeda-beda. Sedangkan persamaan reaksi kimia menggambarkan perubahan zat- zat yang bereaksi. Persamaan reaksi kimia meliputi rumus kimia dari zat-zat yang pereaksi dan zat-zat hasil reaksi yang dihubungkan dengan tanda panah. Fasa zat-zat yang bereaksi dinyatakan dengan lambang s untuk padat (solid), g untuk gas (gasses), l untuk cair (liquid), dan aq untuk zat-zat terlarut (aquaeus).
Dalam suatu reaksi berlaku hukum kekekalan massa, massa zat-zat yang bereaksi sama dengan massa zat-zat hasil reaksi. Untuk itu suatu persamaan reaksi harus setara, yaitu jumlah atom diruas kiri harus sama dengan jumlah atom diruas kanan. Untuk membuat suatu persamaan reaksi setara ditambahkan koefisien yaitu bilangan didepan rumus.
 
Ilustrasi Reaksi Kimia
Contoh persamaan reaksi setara:
C3H8(g) +  5 O2(g)            3 CO2(g)  +   4 H2O(l)
Pada persamaan reaksi diatas, koefisien  C3H8 = 1, koefisien O2 = 5, koefisien CO2 = 3 dan koefisien H2O = 4. C3H8, O2 dan H2O berwujud gas, sedangkan H2O berwujud cair.
Beberapa jenis reaksi adalah reaksi reduksi oksidasi  (redoks)  dan reaksi asam basa. Konsep reaksi asam basa dikaitkan dengan perpindahan proton, sedangkan reaksi reduksi berkaitan dengan proses perpindahan electron.
2.3 Perhitungan Berdasarkan Persamaan Reaksi
Contoh soal ;
1.    C(S)     +          O2 (g)                =          CO (g)

2.    Al (s)    +          O2 (g)                =          Al2O3 (s)

3.    C2H2 (g)               +          O2 (g)    =          CO2 (g)                         + H2O(l)

4.    Mg(s)   +          HCl     (aq)        =          MgCl2 (aq)         +          H2 (g)

5.    CS2     +          O2                    =          CO2                 +          SO2

JAWABAN
   1.    C(S)              +          O2 (g)                =          2 CO (g)
   2.    4 Al (s)          +          3 O2 (g)              =          2 Al2O3 (s)
   3.    2 C2H2 (g)       +          5 O2 (g)              =          4  CO2 (g)                  2 H2O(l)

   4.    Mg(s)            +          2 HCl  (aq)        =          MgCl2 (aq) +      H2 (g)

   5.    CS2              +          3  O2                =          CO2                 +          2 SO2


2.4 Perhitungan Reagen Pembatas yang Digunakan Untuk Suatu Reaksi
Dalam suatu reaksi, jumlah mol pereaksi yang ditambahkan tidak selalu bersifat stoikiometris (tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya) sehingga zat pereaksi bisa habis bereaksi dan bisa berlebih dalam reaksinya. atau pereaksi pembatas adalah zat pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang ditambahkan tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Bagaimana hal ini dapat terjadi?

perhatikan gambar di bawah ini!

X + 2Y XY2


Pereaksi pembatas. [1]
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, satu mol zat X membutuhkan dua mol zat Y. Gambar di atas menunjukkan bahwa tiga molekul zat X direaksikan dengan empat molekul zat Y. Setelah reaksi berlangsung, banyaknya molekul zat X yang bereaksi hanya dua molekul dan satu molekul tersisa. Sementara itu, empat molekul zat Y habis bereaksi. Maka zat Y ini disebut pereaksi pembatas.

Pereaksi pembatas merupakan reaktan yang habis bereaksi dan tidak bersisa di akhir reaksi.

Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi semua mol reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil merupakan pereaksi pembatas. [1]

Perhatikan contoh-contoh berikut.

Contoh Soal 1 :
Perhatikan persamaan reaksi berikut.

N2(g) + 3 H2(g) → 2 NH3(s)

Jika 1 mol N2 direaksikan dengan 2 mol H2, tentukan:

a. pereaksi pembatas,
b. jumlah mol yang tersisa,
c. jumlah mol NH3.

Kunci Jawaban :

a. Berdasarkan koefisien reaksi maka:

jumlah mol N2 / koefisien reaksi N2 = (1/1) mol = 1 mol

jumlah mol H2 / koefisien reaksi H2 = (2/3) mol = 0,67 mol

Sehingga H2 merupakan pereaksi pembatasnya karena habis bereaksi.

b. Karena pada N2 hanya 0,67 mol yang dipakai dalam reaksinya maka: jumlah mol N2 bersisa sebanyak :

1 – 0,67 mol = 0,33 mol

c. Jumlah mol NH3

Jumlah mol NH3 = (koefisien mol NH3 / koefisien pereaksi pembatas) x jumlah mol pereaksi pembatas

Jumlah mol NH3 = (2/3) x 2 mol = 1,33 mol.

2.5 Hasil Teoritis dan Hasil Persentase

2.5.1  HASIL PERSENTASE

Hasil persentase (% hasil) suatu reaksi adalah nisbah jumlah produk sesungguhnya yang diperoleh (eksperimental) atau hasil nyata terhadap hasil teoritis dari persamaan reaksi dikali seratus persen. Hasil Nyata % Hasil = x 100%

Hasil Teoritis
Hasil nyata biasanya lebih kecil dari hasil teoritis.

Contoh

Jika 68,5 g karbon di dalam udara
a. Berapa hasil teoritis CO2 yang dihasilkan.
b. Jika CO2 hasil eksperimen menghasilkan 237 g CO2
berapakah % hasil
Penyelesaian
a. Reaksi: C(p) + O2 (g) CO2 (g)
mol C = 68,4 g/12 g mol-1 = 5,7 mol
mol CO2 = 5,7 mol
massa CO2 = 5,7 mol x 44 g mol-1 = 250,8 g
Hasil Nyata
b. % hasil = x 100%
Hasil Teoritis
237 g CO = 2 x 100 % = 94,5 %
250,8 g CO2

2.5.2 Hasil Teoritis
Hasil teoritis adalah banyaknya produk yang diperoleh dari reaksi yang berlangsung sempurna. Persen hasil adalah ukuran efisiensi suatu reaksi.Dari persamaan reaksi yang sudah setara dapat dihitung banyaknya zat pereaksi atau produk reaksi. Perhitungan ini dilakukan dengan melihat angka perbandingan mol dari pereaksi dan produk reaksi. Semua pereaksi ,tidak semuanya dapat bereaksi.salah satu pereaksi habis bereaksi sedangkan yang lainnya berlebihan. Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas,karena membatasi kemungkinan reaksi terus berlangsung. Sehingga produk reaksi ditentukan oleh pereaksi pembatas.(Achmad, 2001).

2.6 Reaksi Dalam Larutan
Hampir sebagian besar reaksi-reaksi kimia berlangsung dalam larutan. Ada tiga ciri reaksi yang berlangsung dalam larutan, yaitu terbentuk endapan, gas, dan penetralan muatan listrik. Ketiga reaksi tersebut umumnya tergolong reaksi metatesis yang melibatkan ion-ion dalam larutan. Oleh karena itu, perlu mengetahui lebih jauh tentang ion-ion dalam larutan.
2.6.1 Persamaan Ion dan Molekul
. Contoh, reaksi antara natrium karbonat dan kalsium hidroksida. Persamaan reaksinya:
Na2CO3(aq) + Ca(OH)2(aq) → 2NaOH(aq) + CaCO3(s)
Persamaan reaksi ini disebut persamaan molekuler sebab zat-zat yang bereaksi ditulis dalam bentuk molekul. Persamaan molekul tidak memberikan petunjuk bahwa reaksi itu melibatkan ion-ion dalam larutan, padahal Ca(OH)2 dan Na2CO3 di dalam air berupa ion-ion. Ion-ion yang terlibat dalam reaksi tersebut adalah ion Ca2+ dan ion OH yang berasal dari Ca(OH)2, serta ion Na+ dan ion CO32– yang berasal dari Na2CO3. Persamaan reaksi dalam bentuk ion ditulis sebagai berikut.
2Na+(aq) + CO32–(aq) + Ca2+(aq) + 2OH–(aq) →2Na+(aq )+ 2OH(aq) + CaCO3(s)
Persamaan ini dinamakan persamaan ion, yaitu suatu persamaan reaksi yang melibatkan ion-ion dalam larutan. Petunjuk pengubahan persamaan molekuler menjadi persamaan ion adalah sebagai berikut.
Ø  . Zat-zat ionik, seperti NaCl umumnya ditulis sebagai ion-ion. Ciri zat ionik dalam persamaan reaksi menggunakan fasa (aq) .
Ø  Zat-zat yang tidak larut (endapan) ditulis sebagai rumus senyawa. Ciri dalam persamaan reaksi dinyatakan dengan fasa (s).
Dalam persamaan ionik, ion-ion yang muncul di kedua ruas disebut ion spektator (ion penonton), yaitu ion-ion yang tidak turut terlibat dalam reaksi kimia. Ion-ion spektator dapat dihilangkan dari persamaan ion. Contohnya, sebagai berikut.
2Na+(aq) + CO32–(aq) + Ca2+(aq) + 2OH(aq) →2Na+(aq) + 2OH(aq) + CaCO3(s)
Sehingga persamaan dapat ditulis menjadi:
Ca2+(aq) + CO32–(aq) →CaCO3(s)
2.6.2 Reaksi asam basa (reaksi penetralan).
Reaksi asam basa atau reaksi penetralan adalah reaksi yang terjadi antara asam (H+) dan basa (OH) menghasilkan H2O yang bersifat netral.
Adapaun contoh reaksi penetralan adalah sebagai berikut:
1. Reaksi: Asam + Basa –> Garam + Air
HNO3 (aq) + KOH (aq) –> KNO3 (aq) + H2O (l)
H2SO4 (aq) + Ca(OH)2 (aq) –> CaSO4 (aq) + H2O (l)
 
2. Reaksi: Asam + Oksida Basa –> Garam + Air
2HCl (aq) + CaO (s) –> CaCl2 (aq) + H2O (l)
2HNO3 (aq) + Na2O (s) –> Na(NO3)2 (aq) + H2O (l)
 
3. Reaksi: Asam + Amonia –> Garam
HCl (aq) + NH3 (g) –> NH4Cl (aq)
H2SO4 (aq) +2 NH3 (g) –> (NH4)2SO4 (aq)

Ammonia (NH3) termasuk basa yang berupa senyawa molekul sehingga dibedakan dari 2 jenis basa lainnya, yakni senyawa ion yang dapat melepas ion OH dan okisda basa. Terdapat senyawa molekul basa lainnya seperti metilamina (CH3NH2) tetapi reaksinya tidak umum seperti halnya ammonia.

4. Reaksi: Oksida asam + Basa –> Garam + Air
SO3 (g) + 2NaOH (aq) –> Na2SO4 (aq) + H2O (l)
CO2 (g) + Mg(OH)2 (aq) –> MgCO3 (aq) + H2O (l)
2.6.3 Reaksi Pendesakan Logam
Reaksi pendesakan logam adalah reaksi di mana logam mendesak kation logam lain atau hydrogen dalam suatu senyawa. Reaksi ini dapat berlangsung apabila logam berada di sebelah kiri dari logam/H yang didesak dalam deret Volta. Pada reaksi ini, produk reaksi berupa endapan logam, gas, dan air.
Deret Volta merupakan urutan unsur-unsur yang disusun berdasarkan data potensial reduksi. berikut beberapa unsur yang dapat dihapal berdasarkan urutan potensial reduksinya:
Li – K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Fe – Ni – Sn – Pb – (H) – Cu – Hg – Ag – Pt – Au
Adapun contoh reaksi pendesakan logam adalah sebagai berikut:
1. Reaksi: Logam 1 + Garam 1 –> Garam 2 + Logam 2
Zn (s) + CuSO4 (aq) –> ZnSO4 (aq) + Cu (s)
2Al (s) + 3FeSO4 (aq) –> Al2(SO4)3 (aq) + 3Fe (s)
Cu (s) + Na2SO4 (aq) –> tidak bereaksi karena Cu berada di sebelah kanan deret volta

2. Reaksi: Logam + Asam –> Garam + Gas Hidrogen
Mg (s) + HCl (aq) –> MgCl2 (aq) + H2 (g)
Zn (s) + H2SO4 (aq) –> ZnSO4 (aq) + H2 (g)
Ag (s) + HCl (aq) –> tidak bereaksi karena Ag berada di sebelah kanan deret volta

3. Reaksi: Logam + Asam –> Garam + Air + Gas
2Fe (s) + 6 H2SO4 (aq) –> Fe2(SO4)3 (aq) + 6 H2O (l) + 3SO2 (g)
Cu (s) + 4HNO3 (aq) –> Cu(NO3)2 (aq) + 2H2O (l) + 2NO2 (g)
2.6.4 Reaksi Metatesis (Pertukaran Pasangan)
Reaksi metatesis adalah reaksi pertukaran pasangan ion dari dua elektrolit.
AB + CD –> AC + BD
Pada reaksi ini setidaknya satu produk reaksi akan membentuk endapan, gas, atau elektrolit lemah. Gas dapat berasal dari peruraian zat hipotetis (asam dan basa hipotetis terurai menjadi gas dan air) yang bersifat tidak stabil seperti berikut ini:
H2CO3 –> CO2 (g) + H2O (l)
H2SO3 –> SO2 (g) + H2O (l)
NH4OH –> NH3 (g) + H2O (l)
 
Adapun contoh reaksi metatesis (pertukaran pasangan) adalah sebagai berikut:
1. Reaksi: Garam 1 + Asam 1 –> Garam 2 + Asam 2
AgNO3 (aq) + HBr (aq) –> AgBr (aq) + HNO3 (aq)
ZnS (s) + 2HCl (aq) –> ZnCl2 (aq) + H2S (aq)
 
2. Reaksi: Garam 1 + Basa 1 –> Garam 2 + Basa 2
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) –> Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
NH4Cl (aq) + KOH (aq) –> KCl (aq) + NH4OH (aq)
 
3. Reaksi: Garam 1 + Garam 2 –> Garam 3 + Garam 4
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) –> AgCl (aq) + NaNO3 (aq)
2KNO3 (aq) + MgCl2 (aq) –> 2KCl (aq) + Mg(NO3)2 (aq)

2.7 Pembuatan Larutan Dengan Cara Mengencerkan
2.7.1 Pembuatan Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar soluteSolute adalah zat
terlarut,sedangkan solvent (pelarut)adalahmediumdalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume, atau sebagainya (Faizal,2013).
Langkah-langkah dalam membuat larutan menurut Wahyuni (2012) adalah sebagai berikut.
1.   Bacalah detil resep larutan yang ingin dibuat. Kalau ada yang perlu dihitung, siapkan perhitungan dulu.
2. Kumpulkan bahan kimia yang akan dipakai dan letakkan dekat dengan timbangan digital.
3. Siapkan alat lain yang dibutuhkan (misalnya kertas, sendok, sarung tangan, tisu, beaker, dll)
4.  Ukur jumlah bahan kimia yang dibutuhkan dengan hati-hati.
5. Ketika semua bahan kimia diukur, kembalikan botol-botolnya ke rak, bersihkan alat timbangan serta tempat sekelilingnya, dan bawalah beaker yang berisi bahan kimia ke meja kerja.
6.  Tuangkan akuades yang secukupnya (kurang dari yang ditentukan pada resepnya) ke dalam beaker dan letakkanlah stir bar dengan ukuran yang sesuai kedalamnya. Pakailah alat otomatik stirer dengan kecepatan sedang untuk mengencerkan bahan kimia.
2.7.2  Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000).
Rumus sederhana pengenceran menurut Lansida (2010), adalah sebagai berikut :
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 =  Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2= Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan

2.8 Stoikiometri Reaksi dalam Larutan
Banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan dapat diketahui jika volume dan konsentrasi larutan diketahui dengan menggunakan rumus :
n = M x V

Pada dasarnya stoikiometri larutan sama denan stoikiometri reaksi pada umumnya yaitu perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan perbandingan koefisien reaksi.


2.7.1 Hitungan Stoikimetri Sederhana
Jika hanya satu data mol zat yang diketahui dari reaksi, maka reaksi ini digolongan ke dalam reaksi stoikiometri sederhana. Untuk mencari penyelesaiannya dapat diikuti langkah - langka berikut:
1. Menuliskan persamaan reaksi setaranya : tujuannnya karena perbandingan mol sama dengan koefisien
2. Menentukan jumlah mol zat yang diketahui.
3. Menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan dengan menggunakan konsep perbandingan.
4. Meneyesuaikan jawaban dengan hal yang ditanyakan.

Contoh Soal:
Gas hidrogen dapat dibuat dengan reaksi antara logam seng dengan asam sulfat. Hitunglah volume asam sulfat 2M yang dibutuhkan untuk menghasilkan 6,72 L gas hidrogen pada STP?

Pembahasan:
Langkah - Langkah (jika kalian nanti suadah mahir, maka caranya akan menjadi lebih cepat)
Menuliskan persamaan reaksi setaranya 

Zn + H2SO4 → ZnSO4  +  H2
 
Zat yang datanya diketahui dalam reaksi di atas adalah gas hidrogen.
V = 6,72 L pada STP(ingan 1 mol gas pada STP = 22,4 L)
mol H2 = V/22,4
             = 6,72 L/22,4 L/mol
             = 0,3 mol

Zat yang ditanyakan adalah volume asam sulfat yang dibutuhkan, maka kita menggunakan perbandingan koefisien.
mol H2SO4 = koefisien yang ditanya/ koefisien yang diketahui x mol yang diketahui
                    = 1/1 x 0,3 mol
                    = 0,3 mol
Kemudian baru mencari volume yang dibutuhkan
Volume H2SO4   = V = n/M = 0,3 / 2 = 0,15 L     = 150 mL
                        
2.7.2 Hitungan stoikiometri dengan pereaksi pembatas

Jika ada dua zat yang diketahui datanya, maka ada salah satu zat yang akan habis bereaksi dan yang lain bersisa. Zat yang habis bereaksi ini disebut sebagai pereaksi pembatas. Untuk itu stoikiometri dalam reaksinya disesuaikan dengan perbandingan mol dari zat yang habis bereaksi ini. Untuk lebih mudahnya perhatikanlah contoh berikut:

Contoh:

Hitunglah massa endapan yang terbentuk dari reaksi 50 mL timbal(II)nitrat 0,1 M dengan 50 mL larutan kalium iodida 0,1 M.(Ar Pb = 207, I=127)

Pembahasan:
Pertama tetap kita akan membuat persamaan reaksinya 
Pb(NO3)2 + 2KI → PbI2 + 2KNO3
Menentukan pereaksi pembatas:
Jumlah mol Pb(NO3)2  = M x V = 50 mL x 0,1 M    = 5 mmol      
Jumlah mol KI = M x V = 50 mL x 0,1 M = 5 mmol
                                                  
Untuk menentukan perekasi pemabatas maka bagilah mol mula - mula dengan koefisien zat pada reaksi setaranya. Jika nilainya lebih kecil maka zat tersebut yang habis bereaksi.
Pb(NO3)2 = n mula - mula /koefisien = 5/1    = 5             
KI = n mula - mula /koefisien = 5/2 = 2,5
        
Karena hasil bagi KI lebih kecil maka KI bertindak sebagai pereaksi pembatas artinya semua mol KI yang tersedia di awal akan habi bereaksi.

 


Yang ditanyakan adalah massa  yang mengendap.
mol  PbI2 terbentuk = 2,5 mmol
massa PbI = n x Mr =   = 2,5 x 461 = = 1152,5 mg = 1,1525 gram       













DAFTAR PUSTAKA



Muhammad, Faisal. 2013.  Pembuatan Larutan.

Ningrum, Wahyuni. 2012. Teknik Dasar Pembuatan Larutan.http://openwetware.org/images/1/15/LAPORAN_PRAKTIKUM_2_NINGRUMWAHYUNI.pdf
Share:

2 komentar:

  1. Mbak boleh tau ngga daftar pustaka untuk bagian hasil teoritis? Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. afwan slow respon
      Achmad, Hiskia dan Tupamahu.2001. Stoikiometri Energi Kimia. Citra Aditya Bakti, Bandung.

      Hapus

Cari Blog Ini

UJIAN AKHIR SEMESTER MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ICT

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarokatuh Soal Ujian Akhir Semester Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT  Nama                        ...

Recent Posts